Kamis, 27 Februari 2014

ETHNOMATHEMATICS : INOVASI DUNIA PENDIDIKAN MATEMATIA BERBASIS BUDAYA

ETHNOMATHEMATICS : INOVASI DUNIA PENDIDIKAN MATEMATIA BERBASIS BUDAYA
oleh : Ika Dewi Fitria Maharani (11301241009)
dalam perkuliahan Ethnomathematics yang diampu oleh Prof.Dr.Marsigit, M.A
Kamis, 20 Februari 2014

· #Dalam menggunakan ethnomathematics dibutuhkan kemampuan dalam logika matematika sebagai syaratnya.

·  #Kita sering melakukan refleksi diri, misalnya kita berbicara pada diri kita. Refleksi diri ada 3 macam yaitu short term, medium term, atau long term.
Short term adalah rutinitas yang kita lakukan, contohnya bangun tidur, sholat shubuh, kuliah dan seterusnya sampai kita tidur kembali.
Medium term contohnya kita sebagai seorang mahasiswa yang keadaan ini tidak semua orang bisa merasakannya.

· #Terdapat yang namanya gradasi dalam kehidupan, seperti dari sederhana ke kompleks, lembut ke kasar, abstrak ke konkrit, panjang ke pendek dan lain lain.
Contoh sesuatu yang menimpa diri kita yang sangat lembut, misalnya kita mengingat sesuatu yang tidak disadari atau bisa disebut teringat, karena ingatan kita sebagai dasar kegiatan kita selanjutnya. Hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk Tuhan lainnya. Manusia memiliki kemampuan menulis, merekam dan sebagainya sebagai sebuah sarana.

·   #Seperti Ethnomathematics yang walaupun hanya kita pelajari di semester 6 namun secara informal kita akan terus mempelajarinya seumur hidup kita.

·  #Rasa percaya diri seseorang itu dipengaruhi oleh pemikiran dan logika yang menempati separuh kegiatannya serta pengalaman sebagai separuh kegiatan lainnya.

· #Sekarang jelaslah bahwa ethomathematis memiliki kontribusi utama pada bidang pendidikan setelah kita mengetahui karakteristik, background, alasan, pangkal persoalan dalam mencari kejelasan tentang apa itu ethnomathematics.

·  #Ethnomathematics dibutuhkan sebagi inovasi dalam pendidikan matematika karena pendidikan matematika tanpa inovasitu tidak berarti.

Kamis, 20 Februari 2014

Mengenal lebih dekat Ethnomathematics

Mengenal lebih dekat Ethnomathematics
Oleh : Ika Dewi Fitria Maharani (11301241009)

Kamis, 13 Februari 2014
Suasana kelas yang bertempat di D01.303 terasa lengang. Siang ini kami menunggu Dosen spesial yang pernah mengajar kami di semester dua pada mata kuliah Bahasa Inggris. Beliau adalah Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Beberapa menit kemudian, akhirnya Beliau tiba. Kami segera memposisikan diri untuk  duduk pada kursi masing-masing. Beliau meminta kami untuk merekam materi yang beliau sampaikan, kenapa? Karena menurut beliau kami harus menulis dengan cerdas. Menulis cerdas  itu menulis tanpa mengganggu jalan pikiran. Cerdas, tulisan tetap bermakna. Tapi biasanya ketika sedang mendengar, seseorang tidak bisa menulis dengan cerdas. Artinya sekarang waktunya berpikir atau memikirkannya. Mendengarkan beliau bercerita.

Senin, 17 Februari 2014

Bismillah..
Teruntuk PHPI Haska yang disayang Allah,
Sedikit ingin berbagi agar rasa bersalah ini tak terus bergelayut dalam hati..

Pagi ini, seperti yang kalian ketahui bahwa FMIPA akan bersih2, seluruh anggota dan pengurus ormawa dikerahkan untuk membantu.

Ya walaupun sms yang beredar dari RektorUNY yang akan bersih-bersih adalah dosen dan karyawan, tapi ya dimana adabnya kalo mahasiswa yang memakai sarana dan prasana serta yang butuh ilmu malah ngga ikut membantu maka BEM menginisiasi seluruh ormawa untuk turut membantu walau memang ada pihak birokrasi yang meminta tolong awalnya.. Jadilah diputuskan hari ini seluruh anggota dan pengurus ormawa ikut membantu.

Aku bersiap pagi-pagi, mandi sebelum shubuh dan siap dengan jilbab rapi untuk bisa segera berangkat ke kampus setelah kelas pagi di Darush Sholihat (DS).

Selasa, 04 Februari 2014

Mempercepat Pencapaian Hidup (Hikmah Mengendarai Motor) :D

Apa yang akan kita lakukan ketika kita tidak tahu jalan ke suatu tempat yang ingin kita tuju?
***
Dua hari ini kuhabiskan bersama teman-teman sekelasku, PMS’38 (Pendidikan Matematika Subsidi 2011) dalam rangkaian acara Makrab kelas di Daerah Parangtritis.

Seingatku aku pernah melewati jalan Parangtritis sampai km 10, tapi kalau disuruh mengulangi jalan yang ditempuh dari UNY kesana sepertinya aku tidak akan ingat :D

Alhamdulillah kami berangkatnya rombongan, jadi aku tinggal mengikuti motor di depanku.

Kulihat spidometerku menunjukkan 50km/jam, kadang 60km/jam.. Bagiku itu sudah melebihi kecepatanku yang biasanya..

Biasanya maks 30-40km/jam, karena kalo naik motor sendiri sambil murojaah (semoga ini bukan sebuah riya’ hanya ingin berbagi salah satu cara memanfaatkan waktu di motor :) ) atau sambil ngobrol dengan teman yang kuboncengi.

Berhubung kondisi yang tak tahu jalan, mau tak mau aku harus menambah kecepatan dan tak mengobrol (pernah boncengan sambil ngobrol akhirnya ketinggalan rombongan yang mau jenguk mb Imaroh ke RS Sardjito akhirnya aku malah nyasar mau ke DS, mungkin insting dan ga konsen -_- )

Sepanjang perjalanan mataku fokus melihat motor di depanku.. Pokoknya ga boleh ketinggalan.. Biar bisa nyampe kesana..

Tahukan kawan? Sempet-sempetnya di jalan aku mikir..