Rabu, 22 Oktober 2014

“BELAJAR KEHIDUPAN MELALUI FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA”

Tak seperti hari sebelum-sebelumnya, hari ini, Rabu, 15 Oktober 2014 ada yang berbeda dengan kelas Filsafat Pendidikan Matematika. Kelas ini dimulai pukul 07.00, namun seperti kebiasaan mahasiswa pada umumnya, sukanya berangkat mepet. Sayapun seperti itu. Teguran karena kurang menghargai waktu kudapatkan pagi ini.
Kulihat jam dinding menunjukkan pukul 06.50, masih 10 menit. Bergegas saya berangkat ke kampus, menuju D07.310, Kelas Filsafat Pendidikan Matematika. Jarak kos yang dekat denga kampus ternyata tak cukup membuatku sampai tepat waktu. Pada akhirnya saya sampai pukul 07.05 dan ku lihat Prof.Dr. Marsigit, M.A, dosenku, telah duduk di dekat pintu. Saya panik, karena setiap awal perkuliahan kelas ini selalu dimulai dengan kuis. Kukira mereka telah memulai. Saya pun memutuskan mengetuk dan langsung masuk kelas setelah menundukkan kepala sebagai rasa penyesalan. Tak disangka Beliau berkata,”Eh, ngga sopan, asal nyelonong.” Kalau bisa diungkapkan dengan kata – kata itu,”Sakitnya disini” sambil nunjuk ke hati. Sudah-sudah, sebagai mahasiswa yang baik itu harus berprasangka positif dengan dosen. Namanya yang dicari itu keberkahan ilmu maka harus cari ridho dosen dulu. Ini juga sebagai pelajaran. Dan, ternyata beliau menyuruh saya tanda tangan terlebih dahulu sebelum duduk. Kemudian satu persatu anak juga masih ada yang datang terlambat, sampai Beliau menutup akses masuk dengan duduk membelakangi pintu masuk, Dan ternyata masih ada empat mahasiswa yang datang, akhirnya diperbolehkan masuk namun di presensi tetap ditulis tidak hadir.
Selanjutnya, kuis yang ditunggu pun tiba. Kami diberikan lima puluh soal. Namun, mayoritas mendapatkan nilai 0. Saya sendiri hanya bisa menjawab satu. Mungkin ini menjadi pukulan tersendiri bagi Pak Marsigit dengan bandelnya kami sebagai mahasiswa, sudah disarankan untuk membaca tulisan di blog beliau namun masih saja malas. Beliau kembali menegaskan bahwa takkan menarik jika beliau mengajarkan filsafat dengan metode ceramah, maka baca, baca, dan baca blog beliau. Kalau disuruh baca saja malas bagaimana kita bisa paham? Semoga ini menjadi teguran bagi kami.
Selanjutnya Pak Marsigit meminta kami untuk menuliskan minimal satu soal, boleh mengenai postingan di blog maupun pertanyaan kusi tadi.
Pertanyaan pertama,”Mengapa ada itu ada?”
Pertanyaan ini langsung disanggah beliau, karena jelas ada itu ada. Sesuatu yang ada itu bisa dilihat, didengar, dan diberikan tindakan lainnya. Seharusnya pertanyaannya adalah,”Mengapa tidak ada itu ada?”. Kemudian Pak Marsigit bercerita bahwa beberapa hari yang lalu beliau di undang untuk ke rumah adik beliau karena disana ada tukang pijit. Tertarik dengan tawaran itu Pak Marsigit bersedia datang setelah mengajar, namun karena kecapaian beliau ingin pulang dahulu dan mengajak istri. Pak Marsigit pun menyanggupi setelah maghrib. Ternyata ketika mengajak istrinya, di rumah tetangga akan diadakan yasinan. Akhirnya istri beliau izin untuk tidak mengikuti karena akan menemani Bapak Marsigit ke rumah adiknya. Dan ternyata karena Pak Marsigit kecapaian dan berpikir kalau ke rumah adik hanya sekedar pijit, maka pulang ke rumah akan capek lagi. Sehingga beliau memutuskan untuk membatalkan keberangkatannya ke rumah adik. Di sisi lain, sang istri yang telah izin dari acara yasinan juga banyak tugas di rumah. Pada akhirnya, Pak Marsigit dan sang istri TIDAK ADA di rumah adik beliau, namun mereka ADA di rumah dengan aktivitasnya masing-masing. Itulah yang disebut TIDAK ADA TAPI ADA. Contoh lain, mengikuti kuliah. Ada orang yang mengikuti kuliah, FISIKNYA ADA tapi JIWANYA TIDAK ADA, pikirannya kemana-mana. Contoh lainnya, di dalam mimpi kita makan mie ayam, setelah bangun ternyata itu hanya mimpi. TIDAK ADA tapi ADA.
Pertanyaan kedua,”Apakah kita bisa memahami keinginan orang lain?”
“Pikiran kita saja, kadang kita tak bisa pahami. Tapi memang ketika dengan orang lain yang kita lakukan adalah bagaimana mengerti keinginan mereka. Tapi jika dengan diri sendiri maka bagaimana kita dapat menjelaskan keinginan kita kepada orang lain?”
Pertanyaan ketiga,”Bagaimana mempelajari filsafat?”
“Semua sudah ada di blog. Anda tinggal membaca saja malas. Pertanyaan ini tidak gentle, karena belum mebaca.”
Pertanyaan keempat,”Bagaimana inovasi dalam pembelajaran?”
“Apa yang tepat dalam satu waktu tepat, belum tentu tepat pada waktu lainnya. Kelemahan saya adalah saya bersikap determinenis kepada saudara, maka imbangi dengan blog. Kalau saya menguasai 80, kalian 0. Saya 100, kalian 0. Saya 800, kalian 0. Ya tidak akan nyambung kalau ngobrol begini.”
Kemudian beliau menjelaskan bahwa kedatangan kita kesini adalah untuk mengumpulkan antitesis kemudian menyusun sintesis. Dalam belajar filsafat itu tergantung diri sendiri.
Pertanyaan kelima,”Apa yang dimaksud idealis di dalam diri dan realistis di luar diri?”
Pak Marsigit menunjukkan beliau memiliki polpen kepada kami. Polpen itu berwarna hitam. Kemudian beliau memasukkan polpen itu ke dalam buku dan bertanya,”Apa warna polpen Pak Marsigit?” Dan bertanya kepada beberapa mahasiswa. Mereka menjawab hitam. Kemudian polpen dipindahkan ke dalam saku dan bertanya lagi kepada beberapa mahasiswa. Mereka masih sama, menjawab polpen berwarna hitam Pak Marsigit menjelaskan bahwa walaupun pulpen tersebut sudah tidak ada tapi ia tetap ada di pikiran kami, sehingga kami bisa mengetahu warnanya. Nah, apa yang ada di dalam diri itu disebut Idealis (dibawa oleh Plato) dan apa yang ada di luar diri atau lingkungan adalag realistis (dibawa aristoteles).
Pertanyaan keenam,”Apa hakikat menjadi guru matematika yang baik?”
“Saya bertanya dahulu,’Karakter itu bergerak atau tidak?’ Jika ia tak bergerak maka jika sekarang baik, besok baik, ia stabil. Tapi jika misal hari ini engkau memakai baju kuning dan dibilang bagus, maka besok saat engkau memakai hijau sudah tak bagus lagi. Sesungguhnya menjadi guru yang baik ialah guru yang mempromosikan kebaikan. Dia menjadi pengada dan mengada. Guru yang baik itu legal formal, ikhtiar, ada hasil. Dia akan selalu mengadakan penelitian untuk kebaikannya.”
“Dalam filsafat , karena 2 yang pertama beda dengan 2 yang kedua. 2 yang disebutkan di awal berbeda dengan 2 yang disebutkan kemudian. Di dunia aku tak bisa berkata bahwa diriku = diriku, karena diriku yang kusebutkan di awal berbeda dengan diriku yang kusebutkan kemudian. Maka tiadalah orang = dirinya. Sama halnya dengan matematika murni, itu hanya ada di dalam alam pikiran. Ketika turun di bumi sudah menjadi salah, kerena ia sensitif terhadap ruang dan waktu.”
“Dalam matematika kita mengenal kontradiksi. Di filsafat juga demikian, namun berbeda. Misalnya, jilbab tidak akan menjadi kuning. Kuning hanya menjadi sifat, karena jilbab punya sifat lain. Hidup itu lomba diksi secara filsafat. Hanya Tuhan yang mampu sama dengan namaNya.”
“Kita makhluk Tuhan yang diciptakan secara sempurna dalam ketidaksempurnaan. Tapi itulah kesempurnaan kita. Kita bisa melihat depan wajah kita tapi kita tak bisa melihat belakang wajah kita. Saat kita berada di rumah, kita hanya bisa melihat suasana di rumah. Jika kita tak terbatas dan bisa melihat kemana-mana, maka akan kacau. Kita berbicara pun, itu adalah keterbatasan. Ada banyak kata yang punya hak yang sama untuk keluar, tapi kita berbicara itu secara linier, Kalau kita mengeluarkan semua kata secara bersamaan maka takkan ada yang paham tentang apa yang kita bicarakan.”
“Ayam itu dewanya cacing, ayam bisa menggali tanah, cacing juga bisa. Bedanya ayam bisa terbang tapi cacing tidak. Dewa adalah kesadaran akan dimensi, Aku adalah dewa dari diriku yang nanti dan jaksa dari diriku yang tadi.”

Oleh Ika Dewi Fitria Maharani (11301241009) 
Ditulis berdasarkan inspirasi kuliah Filsafat Matematika bersana Prof. Dr. Marsigit, M.A di D07.310 pada hari Rabu, 15 Oktober 2014.






Rabu, 23 April 2014

Andai Politik Bisa Bicara,"Apa Salahku? "


"Apa yang kau ketahui tentang Politik? "

Ternyata dari hasil survey penulis di dapatkan beberapa jawaban, dan hasilnyaa...








Nah.. nah.. Coba kalai si Politik itu bisa baca komentar-komentar di atas, pasti udah nangis gulung-gulung dia :D kasihan ya!

Jadi,
Sebenarnya apa sih politik itu kawan?Kenapa dia disalah-salahkan?Apa politik itu identik dengan hal negatif?
Jika politik itu negatif, kenapa ia diciptakan?

Bingung??
Yuk kita kenalan dengan si Politik lebih dekat..
Tak kenal maka kenalan, kenalan biar paham ~:D

Kamis, 27 Februari 2014

ETHNOMATHEMATICS : INOVASI DUNIA PENDIDIKAN MATEMATIA BERBASIS BUDAYA

ETHNOMATHEMATICS : INOVASI DUNIA PENDIDIKAN MATEMATIA BERBASIS BUDAYA
oleh : Ika Dewi Fitria Maharani (11301241009)
dalam perkuliahan Ethnomathematics yang diampu oleh Prof.Dr.Marsigit, M.A
Kamis, 20 Februari 2014

· #Dalam menggunakan ethnomathematics dibutuhkan kemampuan dalam logika matematika sebagai syaratnya.

·  #Kita sering melakukan refleksi diri, misalnya kita berbicara pada diri kita. Refleksi diri ada 3 macam yaitu short term, medium term, atau long term.
Short term adalah rutinitas yang kita lakukan, contohnya bangun tidur, sholat shubuh, kuliah dan seterusnya sampai kita tidur kembali.
Medium term contohnya kita sebagai seorang mahasiswa yang keadaan ini tidak semua orang bisa merasakannya.

· #Terdapat yang namanya gradasi dalam kehidupan, seperti dari sederhana ke kompleks, lembut ke kasar, abstrak ke konkrit, panjang ke pendek dan lain lain.
Contoh sesuatu yang menimpa diri kita yang sangat lembut, misalnya kita mengingat sesuatu yang tidak disadari atau bisa disebut teringat, karena ingatan kita sebagai dasar kegiatan kita selanjutnya. Hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk Tuhan lainnya. Manusia memiliki kemampuan menulis, merekam dan sebagainya sebagai sebuah sarana.

·   #Seperti Ethnomathematics yang walaupun hanya kita pelajari di semester 6 namun secara informal kita akan terus mempelajarinya seumur hidup kita.

·  #Rasa percaya diri seseorang itu dipengaruhi oleh pemikiran dan logika yang menempati separuh kegiatannya serta pengalaman sebagai separuh kegiatan lainnya.

· #Sekarang jelaslah bahwa ethomathematis memiliki kontribusi utama pada bidang pendidikan setelah kita mengetahui karakteristik, background, alasan, pangkal persoalan dalam mencari kejelasan tentang apa itu ethnomathematics.

·  #Ethnomathematics dibutuhkan sebagi inovasi dalam pendidikan matematika karena pendidikan matematika tanpa inovasitu tidak berarti.

Kamis, 20 Februari 2014

Mengenal lebih dekat Ethnomathematics

Mengenal lebih dekat Ethnomathematics
Oleh : Ika Dewi Fitria Maharani (11301241009)

Kamis, 13 Februari 2014
Suasana kelas yang bertempat di D01.303 terasa lengang. Siang ini kami menunggu Dosen spesial yang pernah mengajar kami di semester dua pada mata kuliah Bahasa Inggris. Beliau adalah Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Beberapa menit kemudian, akhirnya Beliau tiba. Kami segera memposisikan diri untuk  duduk pada kursi masing-masing. Beliau meminta kami untuk merekam materi yang beliau sampaikan, kenapa? Karena menurut beliau kami harus menulis dengan cerdas. Menulis cerdas  itu menulis tanpa mengganggu jalan pikiran. Cerdas, tulisan tetap bermakna. Tapi biasanya ketika sedang mendengar, seseorang tidak bisa menulis dengan cerdas. Artinya sekarang waktunya berpikir atau memikirkannya. Mendengarkan beliau bercerita.

Senin, 17 Februari 2014

Bismillah..
Teruntuk PHPI Haska yang disayang Allah,
Sedikit ingin berbagi agar rasa bersalah ini tak terus bergelayut dalam hati..

Pagi ini, seperti yang kalian ketahui bahwa FMIPA akan bersih2, seluruh anggota dan pengurus ormawa dikerahkan untuk membantu.

Ya walaupun sms yang beredar dari RektorUNY yang akan bersih-bersih adalah dosen dan karyawan, tapi ya dimana adabnya kalo mahasiswa yang memakai sarana dan prasana serta yang butuh ilmu malah ngga ikut membantu maka BEM menginisiasi seluruh ormawa untuk turut membantu walau memang ada pihak birokrasi yang meminta tolong awalnya.. Jadilah diputuskan hari ini seluruh anggota dan pengurus ormawa ikut membantu.

Aku bersiap pagi-pagi, mandi sebelum shubuh dan siap dengan jilbab rapi untuk bisa segera berangkat ke kampus setelah kelas pagi di Darush Sholihat (DS).

Selasa, 04 Februari 2014

Mempercepat Pencapaian Hidup (Hikmah Mengendarai Motor) :D

Apa yang akan kita lakukan ketika kita tidak tahu jalan ke suatu tempat yang ingin kita tuju?
***
Dua hari ini kuhabiskan bersama teman-teman sekelasku, PMS’38 (Pendidikan Matematika Subsidi 2011) dalam rangkaian acara Makrab kelas di Daerah Parangtritis.

Seingatku aku pernah melewati jalan Parangtritis sampai km 10, tapi kalau disuruh mengulangi jalan yang ditempuh dari UNY kesana sepertinya aku tidak akan ingat :D

Alhamdulillah kami berangkatnya rombongan, jadi aku tinggal mengikuti motor di depanku.

Kulihat spidometerku menunjukkan 50km/jam, kadang 60km/jam.. Bagiku itu sudah melebihi kecepatanku yang biasanya..

Biasanya maks 30-40km/jam, karena kalo naik motor sendiri sambil murojaah (semoga ini bukan sebuah riya’ hanya ingin berbagi salah satu cara memanfaatkan waktu di motor :) ) atau sambil ngobrol dengan teman yang kuboncengi.

Berhubung kondisi yang tak tahu jalan, mau tak mau aku harus menambah kecepatan dan tak mengobrol (pernah boncengan sambil ngobrol akhirnya ketinggalan rombongan yang mau jenguk mb Imaroh ke RS Sardjito akhirnya aku malah nyasar mau ke DS, mungkin insting dan ga konsen -_- )

Sepanjang perjalanan mataku fokus melihat motor di depanku.. Pokoknya ga boleh ketinggalan.. Biar bisa nyampe kesana..

Tahukan kawan? Sempet-sempetnya di jalan aku mikir..